Sebuah mobil, sebaiknya bisa berjalan dengan berbagai kecepatan. Dari kecepatan pelan sampai pelan banget kayak keong, atau ngebut sampai ngebut banget kayak roket. Kalau pas ngelewati jalan di pasar, di depan taman kanak-kanak atau sekolah, pokok’e di jalanan yang banyak penjalan kaki, idealnya mobil dikendarai dengan pelan-pelan aja. Kalau tetap nekad ngebut, pasti disumpahin supaya nyungsep cepat ke jurang. Tapi bagaimana dengan mobil warna biru muda yang sepenuhnya digerakkan propeller atau baling-baling itu? Secara logika, mobil itu pasti cenderung melaju cepat, kayak pesawat. Sebaiknya ndak usah dibeli. Daripada nanti malah nabrak-nabrak ndak karuan.
Nah.., kalau mobil yang ini ndak apa kalau pingin dibeli. Propeller di mobil itu fungsi hanya sebagai asesoris, bukan penggerak utama. Jadi kesimpulannya, mobil yang juga berwarna biru ini benar-benar mobil konvensional. Berhubung agar kelihatan aneh bin keren, di bagian depannya ditancepin baling-baling pesawat terbang. Kalau ndak ada baling-balingnya, ya jadi mobil biasa aja. Kayak mobil-mobil lainnya. Hanya aja kelihatan antik. Mobil jadul sih. Saya ndak tau harga mobil ber-propeller ini. Lupa nanya sih pas kemarin ketemu sama yang punya. Tuh…, disebelahnya ada cewek ndut lagi angop. Ngantuk ‘kali.
Terus, mobil yang satu ini lebih masuk akal kalau memang harus pakai propeller. Sebab kalau digerakkan pakai ban atau roda mobil biasa, mungkin sampai sepuluh tahun kemudian, ya tetap disitu-situ aja. Ndak bisa kemana-mana. Kalau pun akhirnya bisa berpindah tempat, pasti harus diseret rame-rame pakai tenaga manusia atau kendaraan salju lainnya. Yang lebih praktis, diangkat pakai helikopter. Namanya juga jalan diatas padang salju. Bukan di kota Padang sana. Perpaduan antara propeller dan plate papan ski memang cocok untuk mobil atau kendaraan salju. Kalau ndak percaya, tanya aja sendiri pada kedua orang itu.
Sumber : johansite.com
7 years ago